Salah satu tujuan wisata dalam rangkaian social media trip & gathering adalah Bromo.
Pesona Bromo, jangan ditanya lagi. Berbondong – bondong wisatawan ramai mengunjungi setiap harinya. Entah itu untuk memotret bintang di malam hari, hingga menyaksikan mentari terbit dari atas bukit. Kalau kata orang “Bromo memang wisata gunung yang paling ramah. Karena siapa saja bisa kesana”. tapi kalau menurut saya mah, perlu hati – hati juga kalau mau kesana dan pastinya usahakan dalam kondisi kesehatan yang prima. 
Oiya jangan lupa pula untuk mengenakan baju hangat.
Plisss, tinggalkan koleksi tanktop dan hotpants warna warni di penginapan. 


Sunrisenya ketutup sama lautan manusia hikz.
Buat kalian yang ingin mengabadikan sunrise di Bromo, pastikan untuk datang dibawah jam 5am. karena telat sedikit saja, spot terbaik untuk menikmati sunrise sudah penuh dengan orang – orang lain (macem dipasar) hikz. Untuk berkunjung ke bromo sendiri, transportasi yang bisa digunakan ialah Mobil Jeep. Untuk satu buah mobil jeep, disewakan dengan tarif 450 – 500 ribu yang bisa diisi 5 orang dan 1 supir.

Ada beberapa spot yang bisa digunakan sebagai lokasi untuk menikmati sunrise di Bromo. Salah satu tempat yang saya rekomendasikan untuk menikmati sunrise ialah Bukit Kingkong. Karena lokasinya paling dekat dari tempat parkir jeep :p hahaha. Berhubung saya adalah penikmat senja, jadi ketika ngeliat sunrise itu biasa aja hehe. Karena sejatinya saya memang paling malas kalau disuruh bangun pagi, terus desek – desekkan sama pengunjung lain buat ngeliat matahari terbit. Ditambah kalau mau motret, hasilnya wess bocor sama kepala – kepala orang *kan sebel sendiri*. 



Ketika matahari telah terbit, bukan berarti aktifitas saya dan rombongan di Bromo berakhir.
“Pasir Berbisik” menanti untuk ditelisik, serta penanjakan yang siap untuk dinaiki. Sayangnya, karena status Bromo yang tempo hari lagi batuk. Maka pengunjung dilarang mendekat, radius 1km saja. Tapi nyatanya, banyak loh pengunjung yang nakal.
“Kok kamu ga ikutan nakal sih tar ??”
“aku masih muda kak, skripsi belum kelar, nikah belum terlaksana, gak mau mati muda!!!”
*abaikan percakapan awkward diatas*.

Jangan berisik di Pasir Berbisik !!!

Perjalanan menuju pasir berbisik dari bukit kingkong, kurang lebih 20 – 25 menit (tergantung dari kecepatan pengemudi jeep). Saya sih lebih menikmati perjalanan dengan tidur cantik, supaya ketika sampai di Pasir Berbisik kondisi wajah tetap segar untuk sesi pemotretan ala – ala Asia’s Next Top Models *dilempar tripod*. 



Memasuki kawasan pasir berbisik Bromo, kami disambut dengan rombongan motor trail, kuda – kuda macho, dan juga pemandangan pura masyarakat Tengger Semeru. Pasir berbisik sendiri bisa menjadi tujuan bagi wisatawan yang ingin menikmati pemandangan Bromo sambil leyeh – leyeh manja diatas Pasir. Beruntung, kami datang dalam kondisi yang masih sepi. Hanya rombongan kami saja yang waktu itu ada di Pasir Berbisik, bahagianya.  
ala - ala Asia's Next Top Models :p.
Dari pasir berbisik, saya bisa merasakan semilir angin yang menyapa. Ditambah dengan bunyi pasir yang terbawa oleh angin. Benar- benar syahdu sekali. Tak salah kalau kawasan ini dikenal dengan “Pasir Berbisik”. Selain itu, pasir berbisik ini merupakan spot cantik bagi pecinta fotografi. Dari sini kalian bisa menangkap landscape Bromo beserta padang pasir yang luas. Kami pun tak mau ketinggalan moment untuk mengabadikan pesona Bromo dari Pasir berbisik. Keragaman alam dan budaya merupakan salah satu Pesona Indonesia yang tiada duanya.


Pict by : Tari dan Disti.