Belasan tahun silam, kerusuhan antar sejumlah kelompok muslim dan kelompok kristen membuat Ambon terpuruk. Lewat buku Carita Orang Basudara, saya tahu sedikit cerita tentang kerusuhan Ambon. Tak bisa dibayangkan kerugian materi atas kerusuhan tersebut. Tak terhitung berapa banyak nyawa manusia yang melayang sia - sia.

Kalau dulu Ambon boleh rata dengan tanah karena konflik. Sekarang Ambon menjadi kota musik dunia ! bahkan Konferensi Musik Indonesia akan diadakan di kota Ambon pada 7 - 9 Maret ini untuk pertama kalinya.


Sebulan berlalu sejak saya mengikuti National Interfaith Youth Camp (IYC). Pertemuan lintas agama yang mengusung tema "Counter Violent Extremism" pada 25 - 30 Januari lalu diikuti oleh 120 pemuda - pemudi dari berbagai provinsi di Indonesia. Pantai Liang yang pernah dinobatkan sebagai salah satu pantai terindah di Indonesia oleh UNDP - PBB menjadi tempat berlangsungnya acara Interfaith Youth Camp 2018.

Terpilih menjadi satu dari 120 peserta yang lolos untuk ikut Interfaith Youth Camp jadi berita baik di awal tahun. Awalnya sempat bingung untuk berangkat menuju Ambon, mengingat jadwal bulan Januari padatnya sungguh luar biasa. Ditambah beberapa undangan penting di Jakarta yang sudah saya sepakati untuk hadir, seperti konser perdana Tulus dan Temu perdana Indonesia Corners.

Setelah memutuskan untuk berangkat ke Ambon, otomatis saya harus menyelesaikan semua pekerjaan mulai dari konten artikel, editing foto, email permohonan maaf ke beberapa agency yang udah memberikan undangan untuk hadir di event mereka, dan menyerahkan sebagian tanggung jawab untuk di handle oleh tim. Jaga - jaga kalau di Ambon susah sinyal kan sudah ada tim yang backup hahaha.

Menghadiri undangan makan malam bersama di rumah Gubernur.
Dua kali ke Maluku, hanya sekedar transit di Ambon. Kali ini saya benar - benar menuju Ambon, bakal ketemu orang - orang baru disana, bakal nginep disana dan bakalan eksplor sedikit keindahan kota Ambon. Makanya kemarin saya langsung minta extend ke panitia.

Kalian tau gimana perasaanku ketika tiba di bandara Pattimura Ambon ?? super bahagia, haru dan pengen nangis. Agustus 2017 lalu cuma transit disini untuk terbang ke Saumlaki bareng Kumparan dan teman - teman lainnya untuk merayakan hari kemerdekaan RI sekaligus hari ulang tahunku juga.

Perjalanan dari Bandara Pattimura Ambon menuju pantai Liang sebagai lokasi acara National Interfaith Youth Camp kurang lebih 1.5 jam dengan mobil. Satu hal yang aku suka dari kota Ambon adalah jalanan yang lebar - lebar dan beraspal. Tenda - tenda dengan barisan velvet sudah tersedia dengan rapi sebagai tempat tinggal kami selama acara berlangsung.



Beberapa hal berkesan yang saya dapatkan selama pertemuan lintas agama di negeri para raja - raja kemarin, antara lain :
1. Belajar Toleransi antar Umat Beragama
Ambon, daerah yang dulu dikenal dengan konflik antar umat beragama kini bisa mengajarkan toleransi bagi daerah lainnya, termasuk juga kepada kami para pemuda perwakilan dari masing - masing daerah.

Disini saya bertemu dengan pemuda - pemudi dengan suku dan agama yang berbeda. Ada yang beragama islam, kristen, katolik, budha, hindu, ahmadiyah dan kepercayaan lainnya.

Walaupun kami memiliki keyakinan yang berbeda, kami tetap Indonesia.
2. Pembicara yang Baik adalah Pendengar yang Baik
Selama kegiatan kemarin, kami dibagi menjadi kelompok kecil, kelompok besar dan juga kelompok outbound. Dari setiap kelompok, saya bertemu dengan orang - orang yang berbeda, tentunya dengan beragam sifat masing - masing. Ada yang supel dan ada juga yang pendiam. Ada yang Kritis dan ada juga yang humoris. Ada yang mudah sensitif dan ada juga yang cari perhatian. Pokoknya beragam banget.
Saya pun masih belajar menjadi pendengar yang baik :) .
Semua orang dalam kelompok diberi porsi yang sama untuk menyampaikan suara ataupun pendapat mereka tentang tema - tema yang dibahas. Banyak yang berlomba berbicara agar suara didengar, tapi untuk menjadi pendengar yang baik, mungkin harus belajar lagi. Menjadi pendengar yang baik tidaklah mudah.

Kelompok kecil diskusi dari berbagai provinsi dan agama.

3. Mengenal singkat tentang Pela Gandong
Salah satu kearifan lokal yang masih ada di Ambon yakni Pela Gandong. Pela Gandong sendiri merupakan sebutan kepada dua atau lebih negeri yang saling mengangkat satu sama lain (jadi semacam saudara angkat dengan keyakinan yang berbeda). Ikatan pela gandong inilah yang kini menjadi pemersatu masyarakat di Maluku. Saling menghormati dalam perbedaan agama. Panas pela yang kami lihat kemarin antara adik - adik SMP Negeri 4 (yang mayoritas agama Kristen) dan SMA Negeri 9 Ambon (yang mayoritas agama islam). Kemudian dilanjutkan dengan......


4. Makan Patita
Orang Maluku pasti sudah tak asing mendengar 'makan patita'. Makan patita ini acara makan bersama pada hari - hari tertentu yang dianggap penting, seperti panas pela. Jangan khawatir kehabisan makanan saat makan patita. Karena persediaan makanan banyak banget. Saya jadi ingat percakapan dengan Kak Jo (nyong Ambon yang rambutnya mirip kaka slank). Mengingat rombongan IYC saja ada 120 peserta. Belum ditambah dengan panitia dan fasilitator)

Kak Jo : "Raisa makan banyak - banyak e"
Saya : "Siap kak Jo. Aku mau coba semuanya. Eh tapi ini cukup nggak buat kita semua?"
Kak Jo : " Tenang Raisa. Stok masih banyak. Makan sampe kenyang"
Saya : (ngangguk) terus nyicipin semua makanan.



5. Penanaman Pohon simbol Perdamaian
Sebagai anak pertanian, saya rindu dengan kegiatan ini. Semoga penanaman pohon kemarin tak sekedar formalitas. Kelak ketika saya dan teman - teman IYC kembali ke Ambon, bisa melihat pohon yang kami tanam tumbuh subur.




6. Berkenalan dengan orang - orang Hebat
Tak hanya bertemu dengan pemuda - pemuda hebat dari berbagai provinsi dengan prestasi masing - masing. Saya juga bertemu dengan orang - orang penting yang tak kalah hebat lainnya. Ada Opa Rudi, Pak Abidin Wakano, Pak Embong, Ibu Linda, dan semua panitia yang sudah meluangkan waktu dan tenaganya demi suksesnya acara Interfaith Youth Camp 2018.

"Dear, people behind Interfaith youth Camp 2018
You gave us your time, the most thoughtful gift of all".




Dari acara Interfaith Youth Camp kemarin, saya optimis jika teman - teman Interfaith Youth Camp bisa menciptakan perdamaian dan kehidupan bertoleransi lewat ide - ide yang segar. Belajar menerima perbedaan untuk saling mengenal.


Foto : Dokumen Pribadi dan IYC 2018.