Aku mengenal kota ini lewat sebuah lagu yang aku dengarkan saat masih kanak - kanak, Bengawan Solo. Lagu lawas yang liriknya menempel pekat di ingatan hingga aku beranjak dewasa (((Dewasa))).

Perjalananku ke Solo kali ini tidak berkendara motor seperti beberapa tahun lalu. Tapi menggunakan pesawat terbang yang  membawaku terbang dari Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta dan alhamdulillah mendarat dengan mulus di Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo.

Mengenang Solo, aku hanya ingat tentang dua kali perjalananku ke kota Budaya ini yang berakhir zonk. Zonk karna hujan deras dan aku tak punya waktu untuk mengeksplor kota ini. Waktuku hanya menunggu hujan reda dan kembali ke Yogyakarta dengan sepeda motor agak tak pulang larut. Malu kan yah kalo anak gadis pulang malem.

Solo, Kota Budaya yang punya banyak cerita untuk dibagikan.
Cerita Budaya, Agama, Sejarah, hingga Kuliner.

Ada Apa di Solo ?

1. Museum Tumurun. 
Museum nyentrik nan unik dengan koleksi mobil antik ini dimiliki oleh Pak Iwan Kurniawan Lukminto. Museum Tumurun ini adalah Private Museum yang barus aja diresmikan pada April 2018 dan menjadi salah satu museum kebanggaan warga Solo. 
Lokasi : Jl. Kebangkitan Nasional No.2/4 Sriwedari, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57141. 



Museum Laweyan ini memiliki dua lantai. Untuk Lantai pertama ada koleksi mobil antik dan lukisan dari seniman yang masih hidup.
Sedangkan untuk lantai 2 isinya adalah koleksi dari seniman - seniman kebangaan Indonesia yang sudah tiada. 

Pengunjung hanya bisa foto - foto di lantai 1 saja. Tidak diperkenankan untuk memotret lukisan yang ada di lantai 2 yah.

2. Masjid Laweyan
Masjid yang berada di kawasan Laweyan ini dulunya adalah sebuah pura yang befungsi sebagai tempat sembahyang umat hindu. Sejarahnya dulu ada persahabatan antar pemuka agama Hindu dan penasihat yang beragama Islam, karena kedekatan merekalah, salah satu bagian pura dulu dijadikan langgar laweyan untuk tempat beribadah umat islam. 


3. Kampung Batik Laweyan dan Bunker
Kalau berkunjung ke Jawa tengah, sudah pasti kalian akan menemukan perkampungan batik. Mayoritas penduduk di Laweyan ini adalah pembatik yang memang sudah lama membatik sejak jaman dulu. Akhirnya aku belajar membatik lagi disini. Walau hasilnya jauh dari kata sempurna. Karna kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan yang Maha Esa.  



Saking ketatnya persaingan antar pembatik disini, dibangunlah tembok - tembok yang tinggi agar tak ada contek mencotek karya ataupun motif batik. Padahal mereka memiliki hubungan dekat satu sama lain. Uniknya lagi di Kampung Batik Laweyan ini terdapat rumah yang masih memiliki Bunker.  

Pak Muryadi dan Anak Asrama Putri.
Bunker ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang berharga, mulai dari uang, persiapan, hingga kain batik sendiri. Adalah Pak Muryadi, pemilik rumah yang masih memiliki Bunker.

4. Rumah Atsiri
Mendengar nama tempat ini, aku tuh suka iseng mengingat namaku sendiri "Rumah Astari" oke sip.
Sebagai lulusan kampus pertanian, aku sangat excited ketika tahu salah satu destinasi wisata yang diunggulkan di kota Solo ini. Tak hanya memberi pengetahuan lebih tentang tumbuhan Atsiri, bahkan kami juga berkesempatan praktek membuat minyak aromateraphy disini. 



Wajah lelah abis main panas - panasan keliling kebon.
By the way kalian tahu nggak kalau Indonesia adalah Penghasil minyak Atsiri terbesar ke 9 di dunia ! (aku juga baru tahu. Toos).

5. Candi Cetho
Destinasi yang tak bisa aku masuki sampai kedalam, karena aku sedang tidak suci *nangis dibawah shower 😭. Candi Cetho ini merupakan candi umat hindu yang kalau kata sejarah sih dibangun pada masa Kerajaan Majapahit. 

Alhamdulillah ada foto ini. Walau fotonya hanya di tangga masuk menuju komplek candi :')
Candi ini masih digunakan umat hindu untuk sembahyang. Karena itu, setiap pengunjung yang mau masuk kesana harus mengenakan kain panjang yang sudah disediakan oleh pihak pengelola. 
Dan bagi perempuan yang sedang berhalangan (tidak suci) mohon untuk tidak masuk ke komplek candi. Mbok ya kita sebagai tamu harus menghormati peraturan loh gaes.

6. Angkringan dan Selat Solo 
Solo punya angkringan yang lebih rapi dan tertata menurutku dibanding Yogyakarta. Angkringan di Solo ini dapat dengan mudah kalian temukan di tiap sudut kota Solo. 



Selat Solo jadi menu baru yang menarik untuk dicoba!.
Ternyata Selat Solo ini awalnya adalah makanan Eropa yang dibuat ala Jawa oleh Kesultanan. Makanan Eropa ala Jawa.

By the way, harga makanan di Solo masih sangat bersahabat bagi kaum pelajar dan mahasiswa rantau. Trust me!

7. Penginapan Murah nan Nyaman
Semua yang ada di Solo ini murah banget! termasuk juga penginapan. Banyak penginapan di Solo dengan harga murah. Tapi apakah nyaman ?



Well selama perjalanan di Solo kemarin, aku nyobain stay di The Nyaman Hotel Solo. Hotel dengan warna Orange cerah ini berkonsep minimalis, nyaman dan tenang. The Nyaman Hotel ini berada didalam komplek perumahan sehingga lebih nyaman dari suara bisining jalanan dan tentunya aman dari segi keamanan.

Selain itu lokasinya pun sangat strategis. Dari Bandara International Soemarmo hanya butuh waktu 20 menit dengan kecepatan rata - rata dan butuh waktu 15 menit kalau dari stasiun Solo Balapan. Btw Solo itu macetnya nggak sekejam Jakarta sih. Jadi menurutku kalau ke Solo itu mau jalan - jalan keliling kotantya nggak butuh waktu lama.




Untuk menginap semalam di The Nyaman Hotel ini harganya mulai dari 200 ribuan saja dan sudah termasuk sarapan. Sangat terjangkau bukan ! Aku sih sudah nandain The Nyaman Hotel Solo ini buat stay disini lagi tahun depan ketika acara nikahan temanku!.