Kalau disuruh mendefinisikan Bogor dalam tiga kata, aku pasti menjawab “kampus, puncak, villa”.  Ketiga kata itu melekat sekali dengan kehidupanku sebagai mahasiswa di salah satu kampus pertanian terbaik yang ada di Bogor (sebut saja Institut Pertanian Bogor) hahaha *terus kangen masa – masa kuliah disana. 
Mengenyam Pendidikan selama tiga tahun di Bogor, ngebuat aku yang anak rantau ini sering menghabiskan weekend di puncak. Ntah itu hanya iseng nongkrong di puncak sambil jajan indomie rebus atau segelas teh hangat, hingga menginap di villa murah bersama teman – teman kampus kalau tabungan lagi tebal.
Jaman kuliah dulu, aku dan teman – teman cuma mampu menginap di villa murahan di sekitar puncak, yang harganya sekitar dua jutaan dan dibagi ber-lima belas. Momen nginep bareng teman – teman itu best moment yang bakal dikenang sepanjang masa. Apalagi kalau orang yang ditaksir ikutan menginap, kan bisa sekalian PDKT.

Semenjak sudah lulus kuliah dan resmi jadi pekerja digital yang juga freelancer, kadang aktifitas buat liburan kesana kemari terbentur dengan deadline konten yang menumpuk.

Makanya ketika tau kalau Indonesia Corners ngadain workshop sekaligus telisik budaya ke Sindangbarang, aku sudah pengen ikutan dari awal. Tapi pada kenyataannya aku daftar terakhiran karena sok sibuk dengan beberapa project. Sempat mikir gini "kira-kira aku bakal bangun pagi nggak yah" rasanya kok rugi banget kalau sampe telat bangun. Toh ini mungkin jawaban kehendak tuhan supaya aku nggak kerja keras terus – terusan, minimal refreshing dulu sembari bedrest dari patah hati berkali-kali. 

Suara kereta komuterline terdengar dengan jelas dari balik jendela apartemenku. Pertanda jam kerja komuterline sudah berlangsung. Aku yang sedari tadi menonton serial Netflix langsung bergegas mempersiapkan diri untuk menuju ke stasiun Duren Kalibata untuk berangkat ke Bogor. Lumayanlah perjalanan Duren Kalibata - Bogor terasa lancar dan aku terlelap selama perjalanan.

ID Corners Travel Workshop
Honestly, kalau ada yang nanya sudah berapa lama gabung di Indonesia Corners? aku bisa jawab sejak awal pertama kali mereka terbentuk. Sebagai anggotanya aku melihat sendiri bagaimana Indonesia Corners ini merangkul anggotanya. Program-program Indonesia Corners pun menarik. Dari mulai Telisik Unik, Bisik Berisik hingga Travel Workshop yang beberapa waktu lalu aku ikuti.

Selain travel workshop, telisik budaya ke kampung Sindangbarang jadi hal yang paling aku tunggu-tunggu. Dulu jaman kuliah di Bogor pengen banget mampir kesini. Namun selalu berhalangan hingga aku sudah lulus kuliah. 

Travel workshop dimulai dengan pembahasan Travel Photography oleh Raiyani. Tante Rai, aku memanggilnya.
Namanya sudah tak asing lagi di dunia fotografi Indonesia, bahkan beliau selalu langganan menjadi jawara di berbagai turnamen foto.
Dari pemaparan tante Rai tentang Travel photography kemarin, kami para peserta diajarkan tips dan trick fotografi mulai dari cara mengatur iso (normalnya gunakan iso 200 jika di ruangan atau jika masih sulit mengatur iso, silakan pilih auto saja), cara supaya motret nggak backlight hingga belajar memotret "low angle". Percayalah untukku yang berperut buncit ini agak sulit hahaha. Aku lebih memilih tengkurap agar memotretnya lebih nyaman. 

Setelah pemaparan tentang travel photography selesai, dilanjutkan kembali dengan materi mengenai travel blog yang disampaikan oleh Donna Imelda. Tante Donna, aku memanggilnya. Mendengar materi dari tante Donna, seakan merefresh kembali ingatanku tentang materi-materi travel blogging, seperti dialog, pengalaman hingga panca indera pada tulisa artikel blog. Dan bagaimana tulisan yang kita tayangkan di blog dapat berpengaruh bagi pembaca.

Selepas materi travel workshop kemarin, kami peserta travel workshop mendapatkan kesempatan untuk menggunakan kamera fujifilm untuk merasakan pengalaman memotret dengan fujifilm. Fujifilm XT-100 aku gunakan selama proses memotret di kampung budaya Sindangbarang. Aaaah kebetulan sekali aku berencana untuk memiliki satu buah mirrorless lagi. Doakan aku untuk giat menabung yah.

Kampung Budaya Sindangbarang

Lokasi :
Untuk menuju kampung budaya Sindangbarang ini membutuhkan waktu sekitar 45 menit berkendara dari stasiun Bogor. Jika kalian menggunakan transportasi komuterline, kalian bisa berhenti di stasiun Bogor dan dilanjutkan berkendara dengan ojek online atau taksi online menuju lokasi. Untuk biaya ojek online sekitar 20 ribu sedangkan taxi online sekitar 50 ribu.


Konsumsi :

Trust me! semua menu makanan sunda yang disajikan saat makan siang semuanya enak. Ya tuhan aku sampe nambah dua kali saking enaknya sayur asem buatan ibu-ibu Sindangbarang ini. Menu makan siang kami sangat sederhana dengan cita rasa yang sangat mewah di lidah. 
Siang itu mereka menyediakan nasi, ayam goreng, sambal, tahu, dan sayur asem. Lengkap juga dengan beberapa snack khas Sunda.


Akomodasi :

Kampung budaya Sindangbarang ini menyediakan beberapa rumah untuk disewakan. Untuk kalian yang mau menginap dan merasakan hawa segar perkampungan sunda, bisa banget buat menginap disini.
Kalau aku tak salah ingat, per malamnya sekitar 300ribuan.

Atraksi:



Barudak Kaliunan. 
Rombongan adik-adik berbusana kebaya ini sudah menarik perhatian saya semenjak mereka menyapa kedatangan saya. Seakan tahu akan dipotret, mereka sudah langsung memberikan senyum manis. 
Barudak kaliunan ini perpaduan antara bermain dan menari. Jadi anak-anak ini membentuk lingkaran kemudian menari. Terkadang tidak kompak, tapi tak mengapa asalkan mereka pede.




Rampak Kendang.
Kalau yang memukul kendang biasanya lelaki, lain halnya di kampung budaya Sindangbarang. Disini perempuan-permuan cantik yang memukul kendang. Pukulan kendang dengan tarian yang ditampilkan membuat kami yang menonton berdcak kagum. Cantik-cantik pisan euy adek-adek ini.




Tari Merak.
Dua remaja cantik lengkap dengan kostum ala burung merak menari dengan lenturnya. Ditengah cuaca kampung budaya Sindangbarang yang saat itu panas menyengat, senyum mereka seakan memberi kesejukan bagi para pendatang yang siap memotret mereka.




Calung Gubrak.
Siapa bilang hanya anak muda yang boleh tampil di kampung budaya Sindangbarang ? kalian salaaaaah!. Rombongan ibu-ibu ini energinya nggak ada habisnya. Sebagai pemain calung Gubrak dengan usia yang tak lagi muda, rombongan ibu-ibu ini sangat piawai sekali. Koreografinya lucu dan selalu mengundang tawa semua peserta.



Parebut Seeng.
Dua remaja lelaki yang berebut seeng atau tempat penanak nasi ini menggunakan jurus-jurus cimande. Dulu aku cuma tau minyak cimande saja lho waktu kuliah di Bogor.
Ternyata jurus cimande ini adalah silat khas Bogor. Pertarungan ini diakhiri ketika lawan berhasil mengambil seeng dari si empunya seeng.

ini bukan Parebut seeng.
Selesai menonton atraksi budaya di kampung budaya Sindangbarang kemarin, kami menuju rumah sutera untuk melihat langsung bagaimana ulat sutera disulap menjadi sebuah produk dengan harga yang fantastis. Mungkin aku share di lain waktu untuk kunjungan ke rumah suteranya sembari mengumpulkan foto-foto lainnya.

salah satu pekerja di rumah sutera.
Pengalamanku selama menggunakan kamera fuji XT-100 saat acara Travel workshop bersama Indonesia Corners kemarin cukup memuaskan. Kebetulan saat acara kemarin, panitia menyediakan kamera fujifilm XA-5 dan XT-100. Berhubung kamera yang aku gunakan kemarin adalah kamera fuji seri XT-100 yang mana jadi kamera incaranku untuk upgrade kamera. Tentu aku cukup puas dengan hasilnya. 


Pict : www.heydylopez.com

Spesifikasinya 24.2MP APS-C CMOS Sensor, terus LCDnya touch screen (touchscreenya buat nyari titik fokus sih. Belum untuk touch screen semua menu hehe), terus layarnya bisa dibalik buat selfie! tapi kalau mau foto  low angle agak sulit menutuku. Terus sudah ada bluetooth dan wifi juga (ini sih bikin kamu gampang banget buat transfer dan upload foto langsung ke instagram hahaha). Hasil fotonya fujiii banget.


Kalau untuk videonya menurutku masih kurang halus hehe, tapi bisa diakali untuk setinggannya menjadi full hd (hasilnya jauh lebih halus).

Btw kalian ada yang berencana main ke kampung budaya Sindangbarang dalam waktu dekat ? jangan lupa datengnya ramean yah biar seru!.