Cak cak ke cak cak ke…..
Cak cak ke cak cak ke…..
Cak cak ke cak cak ke…..

Sore itu rombongan Social Media Trip & Gathering Pesona Indoensia sudah tiba di Uluwatu, untuk melihat langsung Tari Kecak yang nge-Hitz banget itu loh. Terakhir kali saya nonton tari kecak tahun 2013 lalu ketika eventnya Ramayana Festival di Prambanan. Penari – penari nya didatangkan langsung dari Bali. Saya lupa nama sanggar tarinya, karena ingatan saya akhir – akhir ini dipenuhi dengan skripsi, hueek.

Senja dan Hanoman.
Memasuki kawasan uluwatu, saya jadi ingat ketika pertama kali mengunjungi uluwatu jaman masih kelas 2 SMA. Jaman dimana saya naik bus bersama teman – teman SMA untuk study tour dari Palembang menuju pulau Dewata. Sumpah itu luama banget, pinggang saya encok syudah. Pulau Bali memang punya kesan tersendiri dalam kehidupan pribadi saya. sampai sekarang Bali menjadi tempat pelarian favorit saya. Bahkan November lalu saya sampe tiga kali bolak balik ke Bali. *tugas negara lho, bukan untuk berfoya foya atau party cantik!*.
Jadi kalau ada temen – temen yang bilang “Tari kerjaannya jalan – jalan terus sih!!”. Padahal mah saya cuma juru tulis disini. Aku nguli lewat tulisan wahai teman – teman.

Balik lagi ke Tari Kecak!

Selain terkenal dengan pantainya dan bulenya, Bali juga terkenal dengan Tari Kecak. Berbeda dengan tarian khas Bali lainnya yang diiringi sama macem – macem alat musik seperti gamelan, ceng –ceng, pereret, rindik dan genggong. Tari kecak justru nggak pake alat musik begituan. Tari kecak hanya memadukan suara – suara dari penarinya. 
Suaranya begini nih *silakan diikutin yah*
"cak cak ke cak cak ke" 
"cak cak ke cak cak ke" 
"cak cak ke cak cak ke" 
"cak cak ke cak cak ke"
Bisa diulangi berkali - kali selama 40 menit. Modyar !!!.

Saya salut sama penari – penari yang berperan ganda juga sebagai paduan suara. Penari – penari tari kecak notabene semuanya lelaki kecuali sitta.
Rama, laksmana, Sitta dalam satu frame.
Untuk menyaksikan tari kecak di Uluwatu, pengunjung harus membayar Rp 100.000 sebagai tiket masuk. “Seratus ribu yahh ?? kok mahal sih tar??”. “percayalah, uang yang kalian bayar untuk tiket masuk sangat sesuai dengan penampilan yang bakal kalian saksikan!!!”. Pertunjukkan dilakukan di ruang terbuka, mirip mini panggung dan langsung menghadap ke laut. Dari sini, saya bisa menyaksikan sunset sembari menunggu pertunjukkan mulai.
Lagi – lagi sunset bikin hati tenang. #Pecinta sunset garis keras.

Pinandita yang sedang menyiramkan air suci.
Aura magis begitu terasa saat tari kecak akan dimulai. Dimulai dengan pinandita yang menyiramkan air suci kepada rombongan penari kecak. Adegan dimulai dengan dua tokoh pewayangan yakni Rama dan Sita yang hidup harmonis, namun akhirnya kehidupan merek yang berbahagia menjadi sebuah kesedihan karena sita diculik rahwana. Ceritanya semacem cinta segitiga gitu deh, dimana sita diperbeutkan oleh dua lelaki. Sita cantik sih tar, soalnya. Hahaha. 
Hanoman yang sakti mandraguna!
Penonton pada takjub dengan kehebatan Hanoman.
Kalau kata guide saya, tari kecak ini disebut juga sebagai tari api atau bahasa bekennya fire dance. Karena memang pada adegan terakhir, ada hanoman yang dibakar. Namun berkat doa dari sitta kobaran api itu menjadi sejuk, sehingga hanoman baik – baik saja. padahal mah berada dalam kobaran api itu pasti panas banget. Hanoman sukses membuat penonton yang hadir tertawa riuh karena kelakuannya yang jenaka.  Selain itu, interaksi yang dilakukan oleh penari dengan penonton pun berjalan baik. Mereka bisa membuat penonton ikut merasakan adegan demi adegan selama pertunjukkan. Pokoknya nggak ada kata rugi buat menyaksikan keindahan budaya yang dimiliki pulau Dewata ini. salah satunya tari kecak yang Cak cak ke cak cak ke…..


Teks & foto : Astari Ratnadya