Delapan tahun lalu, seorang gadis berusia 16 tahun begitu antusias mempersiapkan dirinya untuk mengikuti studytour bersama rombongan sekolahnya menuju pulau Dewata. Lima tahun setelahnya, hampir setiap tahun gadis ini selalu menyempatkan dirinya mengunjungi pulau Dewata. Baginya, pulau Dewata sudah seperti “rumah” yang selalu bersedia menerimanya kapanpun ia pulang.

Gadis kecil berusia 16 tahun itu genap berusia 24 tahun pada delapan belas Agustus nanti.Yah, sayalah gadis kecil yang sekarang sudah beranjak dewasa dan belajar mengenai lika – liku kehidupan dan kerasnya ibukota. Melarikan diri dari rutinitas yang padat selalu saya lakukan diakhir pekan untuk merefresh kembali pikiran agar semakin jernih.

Dari sekian banyak provinsi yang kebetulan telah saya kunjungi, Pulau Dewata selalu jadi destinasi yang mewajibkan saya kembali setiap tahunnya. Entahlah, terasa ada kontak batin yang membuat saya selalu ingin kembali lagi ke Bali.

Kemolekan Wisata Pulau Dewata

Jika diibaratkan sebuah paket wisata, Pulau Dewata adalah paket wisata yang lengkap. 



Pulau Dewata menyediakan objek wisata yang sangat lengkap. Pedesaaan yang bersih seperti “Desa Panglipuran” hingga pedesaan yang dianggap ‘mistis’ oleh warga “Desa Trunyan”. Pegunungan yang berdiri kokoh yakni Gunung Agung dan Gunung Batur, hingga wisata bawah lautnya ditambah dengan wisata popular lainnya. Belum lagi seni dan budaya masyarakata pulau Dewata yang begitu kaya dan menambah deretan kemolekan Pulau Dewata. Bali memang layak menjadi pulau favorit wisatawan mancanegara.

Begitu juga dengan masyarakat Bali yang masih menjunjung tinggi kepercayaan leluhurnya. Cuma di Bali saya masih melihat betapa masyarakat Bali begitu menjunjung tinggi kepercayaannya.
Wangi dupa dan sesajen yang bertaburan dijalanan kota Bali membuat keunikan tersendiri bagi siapa saja yang baru pertama kali melihatnya.



Berbicara tentang Masyarakat Bali, mereka benar – benar mencerminkan jiwa Indonesia. Tentang Bali yang mencerminkan empat pilar Jiwa Indonesia yakni kegigihan, keteguhan, kesabaran dan gotong royong. Saya sangat setuju sekali. Selama mengunjungi Bali jiwa Indonesia masyarakatnya sangat terlihat sekali.

Saya masih ingat bagaimana masyarakat Bali gotong royong untuk menyiapkan upacara adat Bali hingga festival yang ‘mungkin’ paling banyak diantara upacara adat maupun festival lain yang ada di Indonesia. Tua muda berbaur menjadi satu, bergotong royong mempersiapkan upacara adat ataupun menyiapkan perlengkapan untuk festival.

Pernah liat festival Ogoh – ogoh ?
Apa jadinya kalau mereka tidak gotong royong. Tidak bakal berlangsung festival ogoh – ogoh yang begitu meriah dan menarik perhatian wisatawan.

Kegigihan pun terpancar dari wajah masyarakat Bali yang begitu sadar dengan potensi daerah mereka. Mereka gigih menjaga potensi daerah wisatanya dengan mengadakan beragam pelestarian seperti pelestarian terumbu karang. Dimulai dengan kegigihan dan kesabaran mereka dalam melaksanakan program pelestarian terumbu karang, kini Bali menjadi salah satu tujuan diving bagi para divers. 


Lantas bagaimana dengan keteguhan masyarakat Bali ?
Keteguhan masyarakat Bali dalam mempertahankan adat istiadat dan tradisi patut diacungi jempol. Walaupun menjadi pulau yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara, masyarakat Bali berhasil mempertahankan adat istiadat dan tradisinya.

Masyarakat Bali yang terkenal dengan keramahan dan kejujurannya membuat wisatawan nyaman untuk berkunjung ke pulau kecil dengan kemolekan wisata yang unik ini. Selain itu, kehidupan masyarakat Bali melalui rutinitas ritual dan spiritualnya yang membudaya juga menjadi hal unik bagi wisatawan sehingga tidak membosankan. Bali yang menawarkan keharmonisan alam dan menyuguhkan ketenangan membuat siapa saja selalu ingin kembali lagi dan lagi ke Pulau Bali.

Karena keindahan dan keunikan masyarakat serta alamnya yang mempesona, Bali pantas menjadi primadona pesona tiada tara pariwisata Indonesia.