"Ya tuhan, handphone aku ketinggalan di Pink Beach !"

Pernah nggak kalian ngalamin hal macem diatas ? 
lagi asyik - asyik travelling, terus lupa kalau ada barang kalian yang ketinggalan (misal handphone, dompet, paspor atau kenangan indah bersama mantan). And yesss! dalam sejarah travelingku, aku mengalaminya. Ketinggalan handphone di Pink Beach !

Dengan muka polos aku bilang begini ke orang - orang di kapal 
"Om. handphoneku ketinggalan di Pink Beach (mau mewek tapi nahan, biar keliatan cool)"

Sontaklahlah orang - orang di kapal yang sedang menunggu manta lewat pada kaget.
"Hah serius !"
"Coba dicari lagi. Didalam tas Raisa ada nggak ?"
"Tadi bukannya handphonenya ditaroh dekat tas ya"

"udah aku cek tapi nggak ada. seingatku tadi sebelum motret, itu handphone aku taroh didekat semak - semak. Abis itu aku lupa ngebawa handphonenya turun" jawabku polos.

"Yaudah nanti kita balik lagi ke pink beach" ucap mas Indra, pemilik Beborneo Tour.


Bagi kalian yang sudah pernah sailing, pasti tahulah jarak dari Manta Point ke pink beach itu sekitar 1.5 - 2 jam perjalanan. Belum lagi arusnya yang kadang nggak bersahabat. Aku merasa bersalah kepada teman - teman dikapal. 

Karena tragedi handphone ku ketinggalan di Pink Beach. Sang kapten pun segera merubah arah haluan kapal. Mereka semua rela menemaniku kembali lagi ke pink beach. 

Tanpa banyak bicara, aku masuk ke kamar dan merenung sambil mewek hahaha. Sejujurnya aku jarang banget mewek karena hal sepele kayak begini, Toh kalaupun handphone nggak ketemu bisa beli handphone baru sih, tapii semua draft artikel, kontrak, dan pekerjaan ada semuanya di handphone dan belum aku backup di laptop ataupun email.

Aku sangat merasa bersalah kepada semua teman - teman di kapal. Dan memutuskan berdiam diri saja di kamar sambil menulis artikel ini.

"Raisa, are you okay ?" tanya salah satu orang dikapal. Aku hanya tersenyum saja.
"Mbak, makan pisang goreng dulu" tawaran dari anak kapal sekaligus guide kami. Dan aku hanya tersenyum saja menjawab ajakannya.

Perjalanan kembali ke pink beach dari manta point sekitar 1.5 jam. 
Dan setibanya di pink beach, awak kapal bertanya "mbak mau ikut cari handphonenya jugakah ?" aku mengangguk menerma ajakan bang Tarsi.

Berhubung kapal kami tidak bisa bersandar ditepi pantai, maka kami (aku dan bang Tarsi) menggunakan kayak untuk menuju pink beach. Memulai trekking kembali naik keatas bukit pink beach demi menemukan handphoneku.

Trekking di siang bolong dan mencari handphone diatas bukit, sungguh kegiatan yang tak mengenakan (pastinya). Belum lagi kalau seandainya handphone tersebut sudah raib diambil orang (namanya juga tempat wisata).

Aku dan bang Tarsi sampai diatas bukit dan berpencar mencari handphone yang aku letakkan didekat semak - semak. Sekitar sepuluh menit pencarian, akhirnya handphoneku ditemukan oleh Bang Tarsi.
"Ini diaa!!" ujarnya gembira. Aku terharu dan nangis cool (bayangin aja ya nangis cool itu kek gimana). 

"Aaaaaah terima kasih bang Tarsi".
"Alhamdulillah berarti masih rezeki mbak. Nasib baik orang - orang tak ada yang trekking keatas hari ini. Semua main kepantai saja" ujar bang Tarsi.

Bang Tarsi, Guide selama sailing di Komodo dan Penyelamatku.

Dari pengalamn ini aku belajar untuk lebih berhati - hati lagi ketika travelling. Menjaga semua barang bawaan dan memastikan tidak ada barang yang tertinggal sebelum meninggalkan lokasi. Nasib baik handphonenya masih ada ditempat semula. 

Aku tak bisa membayangkan seandainya handphone itu sudah raib diambil orang dan perjalanan kami kembali ke pink ebach dari manta point sia - sia.

Well, kalian ada yang pernah mengalami kejadian yang serupa juga?
Misalkan ketinggalan barang kesayangan disuatu tempat, terus barang itu hilang atau masih ada ?
Boleh lho share disini. Ada bingkisan menarik untuk tiga orang yang komen dengan pengalaman yang paling menarik :) *female only.