Siang masih begitu terasa ketika rombongan kami tiba di Kawasan PT RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper) salah satu pemain terkemuka di industri serat, pulp dan kertas. RAPP ini merupakan bagian dari APRIL Group.

Memasuki kawasan komplek PT RAPP, mengingatkan saya akan komplek perumahan di tempat kelahiran saya, Palembang. Sebuah komplek yang di desain All in One. Dimana ada pabrik, perumahan, sekolahan, apartemen, hingga hotel. Cuma bedanya disini pabrik Kertas, sedangkan komplek perumahan saya pabrik Pupuk Urea.

Kunjungan saya kali ini tak sendirian, bersama rekan – rekan Social Media Influencers dari Jakarta dan Pekanbaru, kami akan berkeliling Kawasan RAPP seharian.
Sudah jadi standar resmi bagi setiap pabrik untuk memberi Safety Induction terlebih dahulu kepada para tamu sebelum diizinkan mengelilingi area pabrik, pun begitu juga dengan RAPP.

Sejarah berdirinya APRIL Group disampaikan dengan sangat luwes oleh host wanita berperawakan mungil dengan setelan baju hitam. Mulai dari infografis hingga maket RAPP. Tentulah rombongan kami sangat antusias saat melihat langsung contoh produk – produk apa saja yang dihasilkan oleh RAPP.


Dari dalam ruangan berpendingin yang dihiasi dengan gambar RAPP, maket hingga infografis, selanjutnya kami menuju ruangan terbuka milik RAPP yakni Kerinci Central Nursery.

Kerinci Central Nursery Kerinci Central Nuini kebun khusus untuk menanam bibit Akasia. Ada sekitar 350 orang pekerja yang berasal dari warga lokal dan 40 orang karyawan yang bekerja di Kerinci Central Nursery ini. Di sini pohon Akasia dikembangbiakkan dengan metode stek pucuk daun. Butuh waktu sembilan pekan sampai Akasia siap dipanen di lahan terbuka. Dan nantinya Akasia ini tingginya bisa mencapai 25 meter.




Jangan remehkan kemampuan ibu – ibu yang bekerja di kerinci Central Nursery, dalam sehari mereka siap menanam 6000 bibit pohon Akasia. Kalo ibu – ibu aja bisa nanam 6000 bibit, kita yang muda kira – kira berapa yah ? Ya silakan dijawab di hati masing – masing.


Penyiraman bibit Akasia disini dengan cara misting. Jadi embun air disemprotkan secara berkala. Tentulah volume dan frekuensi penyiraman disesuaikan dengan kondisi bibit.

Selesai berkeliling kebun Akasia yang ada di Kerinci Central Nursery, kunjungan kami lanjutkan untuk menengok pabrik kertas khususnya ke ruang pemotongan kertas. Tak lupa safety Helmet dan ear plug menjadi Alat Pelindung Diri yang wajib kami pakai saat masuk ke area pabrik.

Masuk area pabrik kertas dengan Safety Helmet dan Ear Plug, mengingatkan masa- masa saya saat menjadi anak Teknik industri. Bunyi mesin yang saling beradu jadi satu untuk produksi maupun pemotongan kertas cukup membuat bising bagi yang pertama masuk ke area pabrik.

Dalam pabrik kertas ini terdapat ruang pemotongan kertas yang juga digabung dengan ruang packaging. Kertas – kertas yang diproduksi di sini untuk berbagai ukuran. Ada ukuran A3, A4, A5, F4 dan F5 (tergantung permintaan pasar juga). Bahkan kertas yang diproduksi RAPP ini sudah diekspor ke berbagai belahan dunia, salah satunya Korea Selatan.

Dalam sehari, ruang pemotongan kertas ini mampu memotong 1654 ton kertas dengan ukuran yang sudah disesuaikan dengan permintaan pasar. Jangan khawatir dengan kualitas kertas PaperOneTM yang diproduksi RAPP yah, karena kertas yang sering kita pakai ini sudah lulus quality control terlebih dahulu sebelum dipasarkan. 


*ngomong – ngomong mohon maaf karna gambar selama di area pabrik tidak dapat ditampilkan disini. Karena privasi perusahaan. Group Foto cukuplah yah. Bisa diliat kan produk RAPP ini apa. Kalian ada yang pakai kertas PaperOne juga kah ? Ukuran apa kalau boleh tau ?? Kalau aku sih sering pakai ukuran A4 apalagi tahun lalu pas lagi skripsi, kosanku penuh dengan tumpukan PaperOneTM!.



Sudah puas dan takjub menengok pabrik kertas yang di dalamnya terdapat pallet, forklift, conveyor, hingga tumpukan kertas tentunya, rombongan kami pun lanjut menuju Balai Pengembangan dan Pelatihan Unit Terpadu (BPPUT) yang letaknya masih di dalam komplek RAPP.

Dari Pabrik ke Rumah Batik

Tak hanya rumah batik saja yang ada di Balai Pengembangan dan Pelatihan Unit Terpadu ini. Terdapat pula beragam kegiatan lainnya seperti Rumah Maduperkebunan, peternakan hingga perikanan yang tentunya akan sangat membantu roda perekonomian masyarakat sekitar kebun dan pabrik RAPP.







Namanya Rumah Batik AndalanKira – kira lima tahun lalu, ibu – ibu disini mulai belajar membatik dari perajin handal di Yogyakarta, Solo dan juga Pekalongan. Sekarang Rumah Batik Andalan sangat membantu roda perekonomian masyarakat, khususnya ibu – ibu yang dapat membantu memenuhi kebutuhan keluarga.




“Dalam sebulan penghasilan kami bisa mencapai 2 – 3 juta rupiah, mbak” ucap salah satu ibu perajin Batik Bono.



Satu lembar batik cap yang diproduksi Rumah Batik Andalan ini dibandrol dengan harga IDR 250 – 300 ribu. Untuk pengunjung yang ingin custom (motif sesuai request) bisa banget. Sedangkan Batik Tulis di Rumah Batik Andalan ini dihargai IDR 400 ribu.




Motif Andalan yang dijual di Rumah Batik Andalan ini adalah motif Bono.
Tau Bono ?
Ombak Sungai Kampar yang sangat terkenal dan ditunggu oleh peselancar dunia.

Pemasaran Batik produksi Rumah Batik Andalan ini memang masih banyak dibantu oleh pihak RAPP. Namun jangan salah sangka, Produksi Rumah Batik Andalan ini sudah sering unjuk gigi dalam berbagai pameran yang ada di Indonesia.

Kunjungan singkat dari Pabrik sampai Rumah Batik kemarin jadi pengalaman baru bagi saya sebagai mantan anak Teknik. Bernostalgia dengan peralatan yang ada di Gudang hingga belajar banyak hal dari kegigihan ibu – ibu perajin batik di Rumah Batik Andalan.
Satu hal yang saya salut dari RAPP ini mereka sangat peduli akan kesejahteraan masyarakat sekitar kebun dan pabrik.

Semoga nantinya program CSR ini terus dipertahankan supaya makin banyak masyarakat yang memiliki keterampilan seperti ibu – ibu di Rumah Batik.